Koplo’

January 10th, 2010

Saya ga tau, tulisannya seperti apa, tapi terdengar seperti itu.

Kata ini sering jadi “matra” oleh guru faforit saya selama SMA, Alm. Nurhadidik. Itu namanya “kalo tidak salah ya”. “Maaf ya Pak, kalo saya salah nulisnya”.

Beliau mengajar pelajaran fisika. Pelajaran IPA yang paling tidak saya sukai dari SMP. Di SMA saya masuk penjurusan IPA, dan mau tidak mau mesti bertemu fisika. Yah, paling tidak saya ga harus belajar sejarah, sosiologi, atau ekonomi. Bukannya tidak menyukai ketiga pelajaran itu, tapi entah kenapa mau belajar sekeras apapun, sampe baca 1 buku juga ga bakalan dapet nilai yang bagus. So, IPA adalah yang terbaik buat saya.

Nah, balik ke Pak Didik. Bagi saya, beliau adalah sosok yang cukup berpengaruh dalam kehidupan saya. Bukan tentang masa depan, kuliah, atau pekerjaan. Tapi tentang sebuah pemikiran, pemahaman tentang arti hidup,  yang saya sendiri masih mencari-cari hikmah di baliknya sambil menjalaninya. Saya sering merasa banyak hal-hal aneh, tidak biasa, rahasia umum, yang biasanya nilainya buruk oleh masyarakat terjadi, dan itu menjadi hal yang entah kenapa tanpa alasan diterima begitu saja. Dan saya juga mengalami hal yang sama. Hal yang terlihat buruk, dan saya sadari itu. Tapi saya tidak bisa menolong diri sendiri. Dan percayalah, orang2 itu walaupun sedikit tetap punya rasa takut. Oh ya, untuk catatan. Jangan pernah menilai keseluruhan orang dari luarnya. Itu jahat. Dan bisa dibilang saya dulu adalah orang yang jahat, huff. Dan sekarang menyesal..

Pak Didik adalah guru yang terkenal dan “ditakuti” murid-muridnya. Semua murid pasti kenal Pak Didik. Kenal dan takut. Pak Didik pernah cerita, bahwa beliau dulunya adalah seorang “preman”, “tukang angkot”, temenan sama “pencopet”. Lalu, kalau tidak salah beliau kuliah di IKIP, jurusan FISIKA mungkin ya.. Dari raut wajahnya, saya percaya beliau pernah menjalani hidup kerasnya itu. Bagi saya Pak Didik  menunjukkan kasih sayang yang jujur dari seorang guru dengan caranya sendiri. Dan saya termasuk muridnya yang beruntung karena sempat dimantrai koplo’, sambil “didorongnya” kepala saya. Waktu itu saya takut, tapi anehnya perasaan yang mendominasi diri saya adalah terharu. Takutnya cuma sebentar, tidak lama. Dan entah kenapa, saya jadi semakin “sayang” sama beliau. 😀

Hari ini saya merindukannya. Guru yang kasih sayangnya jujur dengan caranya sendiri. Guru yang begitu disayang oleh Allah hingga cepat sekali kembali ke pangkuan-Nya. Rabb, aku bukan anaknya yang sholehah, tapi aku mohon ampunilah dosa2nya dan aku mohon ridho-Mu atas segala amal kebaikannya, amal jariyahnya, ilmu yang beliau bagi kepada murid2nya.

Leave a Reply